A.
Definisi Konservasi Tanah dan Air
Tanah menurut pengertian sehari-hari merupakan tempat berpijak
makhluk hidup di darat, fondasi tempat tinggal, dan sebagainya.
Secara ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simmonson
(1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontinyu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak
pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973),
tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah
atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan
organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. (Beydha, 2002)
Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservai tanah berarti upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Berliana, 2012)
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatdikatakan konservasi tanah dan air merupakan suatu tindakan atau upaya yang dilakukan manusia guna meningkatkan fungsi lahan menjadi lebih produktif, sehingga tidak terjadi kerusakan tanah dan air, namun dapat meminimalkan dampak negatif.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservai tanah berarti upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Berliana, 2012)
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatdikatakan konservasi tanah dan air merupakan suatu tindakan atau upaya yang dilakukan manusia guna meningkatkan fungsi lahan menjadi lebih produktif, sehingga tidak terjadi kerusakan tanah dan air, namun dapat meminimalkan dampak negatif.
B.
Metode
Konservasi Tanah dan Air
Metode Konservasi
tanah dan air di bedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Metode Mekanis
Merupakan metode yang
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanah. Tujuan dari metode ini ialah memperlambat aliran air di permukaan,
mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air di permukaan. Metode
mekanis dikelompokkan menjadi terras kredit,
terras guludan dan terras bangku.
Teras kredit merupakan bangunan Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), dengan
fungsi dan tujuannya adalah terkendalinya erosi,
berkurangnya kecepatan aliran permukaan, bertambahnya peresapan air ke dalam
tanah, serta terkendalinya aliran permukaan yang tidak
meresap ke dalam tanah. (Mawardi, 2011)
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengawetan tanah dan air menggunakan metode vegetatif ini meliputi (Kyaine, 2008):
b. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlag dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode vegetatif adalah (Aidia, 2011):
1. Untuk melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.
2. Untuk Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah.
3. Untuk memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlag dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode vegetatif adalah (Aidia, 2011):
1. Untuk melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.
2. Untuk Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah.
3. Untuk memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengawetan tanah dan air menggunakan metode vegetatif ini meliputi (Kyaine, 2008):
1. Penanaman tanaman secara berjalur (strip cropping). Cara ini terutama untuk menghindari pengolahan lahan yang cukup luas. Dengan demikian ada bagian yang diolah dan ada bagian yang diusahakan. Dalam cara ini semua pekerjaan pengolahan tanah dilakukan searah dengan jalur/baris.
2.
Pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau. Setiap pergantian
musim, petak lahan yang diusahakan ditanami tanaman secara bergilir. Misalnya
pada suatu areal tanah ditanami suatu tanaman semusim tertentu dan untuk musim
tanam berikutnya, bekas areal tanah tersebut ditanami tanaman pupuk hijau.
3.
Penanaman rumput/makanan ternak. Cara ini sangat sesuai bila
diterapkan pada daerah yang mempunyai populasi ternak cukup tinggi. Penanaman
rumput dapat digabung dengan tanaman tahunan.
4.
Penanaman tanaman tahunan. Jenis tanaman yang dapat dipergunakan
seperti sejenis kayu-kayuan, buah-buahan atau tanaman industri. Dalam
penanamannya perlu memperhatikan tempat tumbuh (ekologis) dan hasil yang
diharapkan (ekonomis) serta sisa-sisa (seresah) tanaman yang cukup banyak.
5.
Penggunaan sisa-sisa tanaman untuk penutup tanah. Cara ini untuk
mencegah kerusakan tanah, yaitu menutup permukaan tanah dengan bahan organik,
yang paling mudah didapatkan berupa sisa-sisa tanaman.
Berikut Beberapa
teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan
erosi dapat ditempuh melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping),
silvipastura, dan pemberian mulsa (Departemen
Pertanian, 2007).
1. Pertanaman lorong
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Persyaratan ialah memiliki kelerengan 3-40% dan kedalaman tanah > 20 cm dan cocok untuk tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang.
2. Silvipastura
Sistem
silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi
yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan
melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria,
dll. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia
antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b)
tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai
tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar
hidup. Persyaratan Terutama
untuk lereng agak curam dan curam dan Pemilihan
jenis tanaman disesuaikan dengan keinginan petani. Jika
tidak, akan mematikan motivasi petani menanam dan memelihara
tanaman sampai menghasilkan.
3. Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dimaksudkan
untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan
butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup
efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa
juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan
organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari
sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem
pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman
penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
Fungsi lain mulsa adalah :
- Jika
sudah melapuk dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan
air sehingga air lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman,
dan memperkuat agregat tanah.
- Mengurangi
kecepatan serta daya kikis aliran permukaan.
- Mengurangi
evaporasi, memperkecil fluktuasi suhu tanah, meningkatkan jumlah
pori aerasi sebagai akibat meningkatnya kegiatan
jasad hidup di dalam tanah dan meningkatkan kapasitas infiltrasi
tanah.
- Menyediakan
sebagian zat hara bagi tanaman.
- Dianjurkan
menggunakan 6 ton mulsa/ha/tahun atau lebih. Bahan mulsa
yang paling mudah didapatkan adalah sisa tanaman.
- Mulsa
diberikan dengan jalan menyebarkan bahan organik secara merata
di permukaan tanah.
- Bahan
mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti jerami
padi dan batang jagung.
- Mulsa
dapat juga diberikan ke dalam lubang yang dibuat khusus dan
disebut sebagai mulsa vertikal.
c.
Metode Kimiawi
Merupakan metode yang
memanfaatkan soil conditioner atau
bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
akan tetap resisten terhadap erosi.
Bahan kimia akan berpengaruh pada permeabilitas tanah,
dan juga akan memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat.
C. KTA di Paingan dengan Teknik Mulsa
Pada gambar di atas diperlihatkan bagaimana pengelohan KTA dengan sistem mulsa.yaitu tanah dilapisi dengan plastik yang berperan melinduni zat hara yang dikandung tanah dan juga melindungi tanaman cabai yang diperihara dari hama dan gulma. dengan teknik ini tanah akan menjadi lebih subur dan air tidak tercemar bahan seperti peptisida.
Teknik mulsa yang terdapat di sawah Paingan merupakan mulsa vertikal yang dirancang mengikuti kontur. parit kontur dibuat dengan lebar kurang lebih 25 cm dan dalam 25 cm diisi dengan mulsa. Parit ini berfungsi menampung dan merembeskan air dan mengendapkan sendimen yang terbawa air dan menurut Fairbourn dan Gardner (1972), alur yang diberikan mulsa vertikal akan meningkatkan infiltrasi lebih besar daripada alur tanpa mulsa, mulsa vertikal dapat menghemat air 41 % lebih besar dibandingkan tanpa mulsa.
Keuntungan teknik ini ialah:
C. KTA di Paingan dengan Teknik Mulsa
Pada gambar di atas diperlihatkan bagaimana pengelohan KTA dengan sistem mulsa.yaitu tanah dilapisi dengan plastik yang berperan melinduni zat hara yang dikandung tanah dan juga melindungi tanaman cabai yang diperihara dari hama dan gulma. dengan teknik ini tanah akan menjadi lebih subur dan air tidak tercemar bahan seperti peptisida.
Teknik mulsa yang terdapat di sawah Paingan merupakan mulsa vertikal yang dirancang mengikuti kontur. parit kontur dibuat dengan lebar kurang lebih 25 cm dan dalam 25 cm diisi dengan mulsa. Parit ini berfungsi menampung dan merembeskan air dan mengendapkan sendimen yang terbawa air dan menurut Fairbourn dan Gardner (1972), alur yang diberikan mulsa vertikal akan meningkatkan infiltrasi lebih besar daripada alur tanpa mulsa, mulsa vertikal dapat menghemat air 41 % lebih besar dibandingkan tanpa mulsa.
Keuntungan teknik ini ialah:
- Cara ini efektif mengendalikan erosi dan aliran permukaan
- Tanah yang tererosi tertahan dan tidak hanyut ke lahan daerah lain.
- Kompos dari mulsa.
Kelemahan Teknik ini:
Tambahan tenaga kerja untuk mengawasi tumbuhan.
Daftar Pustaka
Beydha, Inon, 2002, Konservasi Tanah Dan Air Di Indonesia Kenyataan dan Harapan, Universitas Sumatera Utara, diakses 9 November 2012.
Beydha, Inon, 2002, Konservasi Tanah Dan Air Di Indonesia Kenyataan dan Harapan, Universitas Sumatera Utara, diakses 9 November 2012.
Beliana, Ana, 2012, Analisis Konservasi Lahan Perkebunan Kopi di Desa Lengkese, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, http://rizka-agroteknologi.blogspot.com/2012/06/jurnal-konservasi-tanah-dan-air.html, diakses 9 November 2012.
Aidia, 2011, Metode Vegetatif Pada Konservasi Tanah dan Air, http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/metode-vegetatif-pada-konservasi-tanah.html, diakses 9 November 2012.
Kyaine, 2008, Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif, http://padeblogan.com/2008/11/02/konservasi-tanah-dan-air-dengan-metode-vegetatif/, diakses 9 November 2012.
Departemen Pertanian, 2007, Petunjuk Teknis Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Balai Besar LITBANG Sumber Daya Lahan Pertanian, diakses 9 November 2012.
Mawardi, 2011, Peranan Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Bervegetasi Kacang Tanah, Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, TEKNIS Vol. 6 No.3 Desember 2011 : 105 -113, diakses 9 November 2012.
Santoso, Joko, Teknologi Konservasi Tanah Vegetatif, diakses 9 November 2012.
Aidia, 2011, Metode Vegetatif Pada Konservasi Tanah dan Air, http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/metode-vegetatif-pada-konservasi-tanah.html, diakses 9 November 2012.
Kyaine, 2008, Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif, http://padeblogan.com/2008/11/02/konservasi-tanah-dan-air-dengan-metode-vegetatif/, diakses 9 November 2012.
Departemen Pertanian, 2007, Petunjuk Teknis Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Balai Besar LITBANG Sumber Daya Lahan Pertanian, diakses 9 November 2012.
Mawardi, 2011, Peranan Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Bervegetasi Kacang Tanah, Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, TEKNIS Vol. 6 No.3 Desember 2011 : 105 -113, diakses 9 November 2012.
Santoso, Joko, Teknologi Konservasi Tanah Vegetatif, diakses 9 November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar